Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri –, namun ia telah menjadi batu penjuru.
Arti dan Makna Kisah Para Rasul 4:11
Ayat Kisah Para Rasul 4:11 TB diucapkan oleh Petrus dan Yohanes dalam pengadilan Sanhedrin setelah mereka menyembuhkan seorang lumpuh dan memberitakan Injil tentang Yesus Kristus.
Para pemimpin agama Yahudi marah karena Petrus dan Yohanes memberitakan tentang Yesus dan melakukan mujizat atas nama-Nya. Mereka menuduh Petrus dan Yohanes menghujat Allah dan melanggar hukum Taurat.
Ayat tersebut menyatakan bahwa Yesus Kristus, yang telah ditolak oleh manusia, khususnya para pemimpin agama pada zamannya, akhirnya menjadi batu penjuru yang paling berharga dalam pembangunan gereja.
Ini adalah bagian dari pidato Petrus setelah penyembuhan seorang lumpuh di pintu Gerbang Maha Kudus, di mana ia menjelaskan bahwa kuasa penyembuhan yang diperlihatkan adalah melalui kuasa Yesus Kristus, Sang Mesias yang telah disalibkan dan dibangkitkan.
Makna dari ayat ini mencerminkan ironi dalam kehidupan Yesus Kristus. Meskipun ditolak dan disalibkan oleh manusia, Dia tetap menjadi dasar dan inti dari iman Kristen. Ini juga menyoroti kekuatan transformasional yang dimiliki Kristus, di mana apa yang ditolak oleh dunia menjadi pusat keyakinan bagi orang percaya.
Selain itu, dalam konteks lebih luas, ayat ini juga menunjukkan bahwa tidak ada kekuatan manusia atau otoritas yang dapat mengalahkan rencana Allah. Yesus Kristus adalah sumber utama kekuatan dan penyelamatan bagi umat-Nya, dan iman kepada-Nya adalah pondasi yang kokoh bagi gereja.
Ayat ini juga mengajarkan pentingnya kesetiaan kepada Kristus meskipun mungkin dihadapi dengan penentangan atau penganiayaan dari dunia. Seperti yang dialami oleh Kristus sendiri dan para rasul setelah-Nya, pengikut Kristus mungkin dihadapkan dengan kesulitan, tetapi mereka dipanggil untuk bertahan dan membangun iman mereka pada Kristus, yang merupakan dasar yang kokoh bagi kehidupan rohani mereka.
Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Kisah Para Rasul
Kisah Para Rasul (Kisah) ditulis oleh Lukas, seorang dokter dan teman dekat Paulus, sekitar tahun 63 M. Kisah ini menceritakan kisah gereja mula-mula dari kenaikan Yesus Kristus sampai penahanan Paulus di Roma.
Beberapa peristiwa penting yang dicatat dalam Kisah Para Rasul:
- Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta
- Khotbah Petrus di Yerusalem
- Pembentukan gereja di berbagai kota
Pertobatan Paulus - Perjalanan misionaris Paulus
- Konsili Yerusalem
Tujuan Penulisan:
Lukas menulis Kisah Para Rasul dengan beberapa tujuan:
- Memberikan sejarah gereja mula-mula: Lukas ingin memberikan gambaran tentang bagaimana gereja berkembang dari sekelompok kecil pengikut Yesus menjadi gerakan global.
- Menegaskan peran Roh Kudus: Lukas menunjukkan bagaimana Roh Kudus memimpin dan memberdayakan gereja mula-mula.
- Menginspirasi orang Kristen untuk memberitakan Injil: Lukas ingin mendorong orang Kristen untuk mengikuti teladan para rasul dalam menyebarkan berita tentang Yesus Kristus.
Kisah Para Rasul adalah kelanjutan Injil Lukas, mengisahkan gereja mula-mula. Meskipun diakui aslinya, sumbernya terbatas dan beberapa bagiannya terkesan legenda.
Kisah Paulus, tokoh utama, diuji dengan surat-suratnya, menunjukkan perbedaan penting. Para teolog melihatnya sebagai teologi, bukan sejarah.
Sementara itu, ada yang berpendapat Lukas menulis sebagai sejarawan, meskipun ada kesalahan. Perdebatan muncul pada penggunaan "kita", termasuk dalam cerita karam kapal. Apakah Lukas saksi mata, menggunakan catatan orang lain, atau hanya gaya penulisan?
Kisah Para Rasul tetaplah gambaran gereja mula-mula dengan tujuan teologis, meski ada perbedaan dan perdebatan.
Dengan demikian, Kitab Kisah Para Rasul menjadi saksi sejarah yang penting bagi gereja Kristen karena menceritakan perjalanan awal gereja dan memberikan inspirasi serta contoh yang dapat diikuti dalam menjalani kehidupan iman.