Kata Yesus kepadanya: ”Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Arti dan Makna Matius 19:21

Ayat ini diucapkan oleh Yesus sebagai respons terhadap seorang pemuda kaya yang bertanya kepada-Nya apa yang harus ia lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal.

Yesus memberikan jawaban yang mendalam dengan menunjukkan bahwa hidup yang sempurna dan berkenan kepada Allah tidak hanya tentang mengikuti perintah-perintah agama, tetapi juga tentang bagaimana seseorang memandang dan menggunakan harta duniawi.

Makna dari ayat ini adalah bahwa Yesus mengajarkan bahwa untuk mencapai kesempurnaan rohani, seseorang harus siap melepaskan ikatan dengan kekayaan duniawi dan memiliki hati yang sepenuhnya bergantung pada Allah.

Yesus bukan hanya meminta orang tersebut untuk menjual hartanya, tetapi juga untuk memberi kepada orang miskin, yang menunjukkan bahwa hidup yang benar di hadapan Tuhan tidak hanya melibatkan pengorbanan diri, tetapi juga kasih terhadap sesama yang membutuhkan.

Mengapa Yesus meminta pemuda itu untuk menjual hartanya dan memberi kepada orang miskin? Karena harta sering kali menjadi penghalang antara seseorang dengan Tuhan. Pemuda itu, meskipun ia telah mematuhi hukum Tuhan, tetap merasa kurang karena ia terlalu bergantung pada hartanya.

Yesus tahu bahwa jika pemuda ini ingin sepenuhnya mengikuti-Nya dan memperoleh hidup kekal, ia harus menghilangkan hal yang menghalangi hubungan intinya dengan Tuhan, yaitu kekayaannya.

Makna yang lebih dalam dari ayat ini adalah ajakan untuk hidup dengan hati yang terbuka, tidak terikat oleh kekayaan atau materi. Kekayaan itu sendiri bukanlah dosa, tetapi ketika kekayaan menguasai hati seseorang dan menjadikannya terikat pada hal-hal duniawi, maka itu menjadi masalah.

Yesus mengajak kita untuk hidup dalam kesederhanaan, berbagi dengan orang lain, dan mengutamakan harta rohani, yaitu hubungan dengan Tuhan dan kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang miskin dan membutuhkan.

Matius 19:21 mengajarkan bahwa untuk hidup sempurna di mata Tuhan, kita harus memiliki hati yang tidak terikat pada kekayaan duniawi dan siap untuk mengikuti Yesus, yang adalah sumber hidup sejati.

Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Injil Matius

Injil Matius dengan tepat ditempatkan sebagai pengantar Perjanjian Baru dan pengenalan terhadap "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Matius 16:16). Meskipun nama penulisnya tidak disebutkan dalam Alkitab, kesaksian dari para Bapa Gereja awal (sejak sekitar tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah satu murid Yesus.

Konteks Sejarah

Penulisan Injil Matius terjadi sekitar tahun 50-70 M, di tengah-tengah pertumbuhan gereja Kristen dan situasi di mana umat Kristen dihadapkan pada tantangan, baik dari pihak Yahudi maupun Romawi.

Jika Injil Markus ditulis untuk orang-orang Romawi dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya non-Yahudi, maka Injil Matius ditulis untuk orang-orang percaya dari bangsa Yahudi.

Latar belakang Yahudi dari Injil ini terlihat dalam banyak hal, termasuk ketergantungannya pada pernyataan, janji, dan nubuat Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah lama dinantikan. Selain itu, Injil Matius merunut garis keturunan Yesus dari Abraham (Matius 1:1-17) dan sering kali menyebut Yesus sebagai "Anak Daud" (Matius 1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30-31; 21:9,15; 22:41-45).

Meskipun ditujukan terutama untuk orang-orang Yahudi, Injil Matius juga memiliki pesan universal untuk seluruh gereja. Injil ini ingin menegaskan bahwa hampir semua orang Israel menolak Yesus sebagai Mesias karena Ia datang dalam peran yang lebih rohani daripada politis.

Matius juga menunjukkan bahwa hanya pada akhir zaman Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.

Tanggal dan tempat penulisan Injil Matius tidak dapat dipastikan, tetapi ada alasan kuat untuk percaya bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Suriah. Beberapa ahli Alkitab percaya bahwa Injil ini adalah yang pertama ditulis, sementara yang lain berpendapat bahwa Injil Markus adalah yang pertama.

Tujuan Penulisan

  • Meneguhkan Iman Orang Yahudi: Matius ingin meneguhkan iman orang-orang Yahudi yang baru masuk Kristen dengan menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dinubuatkan dalam Alkitab mereka.
  • Mengajarkan Ajaran Yesus: Injil Matius juga berisi ajaran-ajaran moral dan spiritual Yesus, seperti Sabda-Sabda-Nya dalam pemberitaan di Bukit (Matius 5-7), yang memberikan pedoman bagi kehidupan orang percaya.
  • Menunjukkan Kedudukan Yesus: Matius ingin menegaskan kedudukan Yesus sebagai Raja yang layak dihormati dan ditaati, bukan hanya bagi orang-orang Yahudi tetapi juga bagi semua orang.
  • Mengajarkan tentang Kerajaan Allah: Salah satu tema utama dalam Injil Matius adalah Kerajaan Allah, yang diwartakan oleh Yesus dan harus dihayati oleh orang percaya.

Matius menulis Injil ini untuk memberikan kepada pembacanya kesaksian mata mengenai kehidupan Yesus, meyakinkan mereka bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang telah dinubuatkan, dan menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan melalui Yesus Kristus. Injil Matius ingin agar pembacanya memahami bahwa hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya, dan bahwa hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja.

Injil Matius mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus, termasuk Khotbah di Bukit, pengarahan bagi para penginjil, perumpamaan tentang Kerajaan Allah, sifat seorang murid sejati, dan ajaran tentang akhir zaman.

Selain itu, Injil ini juga mencatat lima kisah utama tentang perbuatan Yesus sebagai Mesias, termasuk mukjizat-mukjizat-Nya, pengumuman kerajaan-Nya, krisis-krisis yang timbul akibat pengumuman tersebut, perjalanan Yesus ke Yerusalem, dan penangkapan, penghakiman, penyaliban, dan kebangkitan-Nya.

Injil Matius memiliki ciri khas tersendiri, termasuk ke-Yahudiannya yang mencolok, penyajian yang teratur tentang ajaran dan pelayanan penyembuhan Yesus, serta penekanan pada standar-standar kebenaran Kerajaan Allah. Injil ini juga merupakan satu-satunya kitab dalam Perjanjian Baru yang menyebut gereja sebagai wadah yang dimiliki oleh Yesus di masa depan.

 

Write A Comment