Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.
Yesaya 12 Ayat 2 Bahasa Batak
Ida ma, Debata do hatuaonku, Ibana huhaposi, jadi * ndang mabiar ahu, ai * Tuhan Jahowa do hagogoonku dohot pujipujianku dohot manjadi hatuaon di ahu.
Arti dan Makna Yesaya 12:2 TB
Yesaya 12:2 adalah ayat yang penuh dengan semangat dan keyakinan. Berikut penjelasan mengenai arti dan maknanya:
Arti Literal
- “Sungguh, Allah itu keselamatanku” Ini menyatakan bahwa Tuhan adalah sumber keselamatan bagi umat-Nya. Keselamatan di sini memiliki arti pembebasan dari dosa, hukuman, dan penderitaan.
- “Aku percaya dengan tidak gementar” Ini menunjukkan iman dan kepercayaan yang kuat kepada Tuhan. Pemazmur menyatakan bahwa dia percaya kepada Tuhan tanpa rasa takut atau ragu.
- “Sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku” Tuhan adalah sumber kekuatan dan pujian bagi pemazmur. Dia bersandar kepada Tuhan untuk menghadapi tantangan hidup dan memberikan pujian kepada-Nya.
- “Ia telah menjadi keselamatanku” Ini penegasan kembali bahwa Tuhan telah memberikan keselamatan kepada pemazmur.
Makna
Ayat ini mengungkapkan perasaan seseorang yang memiliki iman yang teguh kepada Tuhan. Pemazmur bersyukur karena Tuhan telah menjadi sumber keselamatan, kekuatan, dan pujian baginya. Dia menyatakan keyakinannya kepada Tuhan dengan penuh semangat dan tanpa rasa takut.
Pelajaran yang dapat dipetik:
- Tuhan adalah sumber keselamatan dan kekuatan kita.
- Iman yang teguh kepada Tuhan dapat memberikan ketenangan dan keberanian.
- Kita harus bersyukur kepada Tuhan atas segala berkat yang diberikan kepada kita.
Keselamatan dalam ayat ini tidak hanya terbatas pada keselamatan dari hukuman dosa, tetapi juga dapat diartikan sebagai keselamatan dari kesulitan dan tantangan hidup.
Kekuatan yang diberikan Tuhan tidak berarti bahwa kita akan selalu terhindar dari masalah, tetapi kita memiliki kekuatan untuk menghadapi masalah tersebut dengan iman kepada Tuhan.
Ayat ini juga dapat dilihat sebagai ungkapan sukacita dan pujian kepada Tuhan atas karya penyelamatan-Nya.
Yesaya 12:2 mengingatkan kita bahwa dengan mengandalkan Tuhan, kita dapat menghadapi segala sesuatu dalam hidup dengan penuh keyakinan dan sukacita.
Latar Belakang dan Tujuan Ditulisnya Kitab Yesaya
Kitab Yesaya adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang dianggap sangat penting dan memiliki latar belakang yang kaya. Penulisnya, Yesaya, adalah seorang nabi yang hidup sekitar abad ke-8 SM di Kerajaan Yehuda, pada masa pemerintahan beberapa raja, termasuk raja Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia. Latar belakang sejarahnya meliputi periode yang signifikan dalam sejarah Israel kuno.
Latar Belakang
Kitab Yesaya ditulis selama periode yang penuh gejolak dalam sejarah Israel. Kerajaan Yehuda dan Israel terancam oleh kekuatan asing seperti Asyur dan Babel. Masyarakat juga mengalami kemunduran moral dan spiritual.
Yesaya adalah seorang nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan pesan kepada bangsa Israel. Dia melayani selama lebih dari 40 tahun, mulai dari masa pemerintahan Raja Uziah hingga Hizkia.
Tujuan
Kitab Yesaya memiliki beberapa tujuan utama:
- Mengingatkan bangsa Israel tentang dosa mereka dan menyerukan pertobatan. Yesaya mengecam penyembahan berhala, ketidakadilan sosial, dan kemurtadan. Dia memperingatkan bangsa Israel tentang konsekuensi dari dosa mereka, yaitu hukuman dari Allah.
- Memberikan pengharapan bagi masa depan. Meskipun Yesaya menyampaikan pesan penghakiman, dia juga memberikan pengharapan bagi bangsa Israel. Dia menubuatkan tentang kedatangan seorang Mesias yang akan menyelamatkan bangsa Israel dan seluruh dunia.
- Mengajar tentang karakter dan rencana Allah. Kitab Yesaya memberikan wawasan tentang karakter Allah yang kudus, adil, dan penuh kasih. Dia juga mengungkapkan rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia melalui Yesus Kristus.
Struktur Kitab Yesaya
Umumnya, Kitab Yesaya dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu proto Yesaya (pasal 1-39), deutero Yesaya (pasal 40-55), dan trito Yesaya (pasal 56-66). Pembagian ini menunjukkan perbedaan dalam waktu dan tujuan penulisan setiap bagian dari kitab Yesaya. Menurut Andrew E. Hill dan John H. Walton, deutero Yesaya (Pasal 40-55) ditulis dengan tujuan memberikan pesan ilahi kepada orang-orang Israel yang sedang mengalami masa pembuangan.
Pada periode ini, muncul konsep perang antara para dewa. Setiap bangsa yang berhasil mengalahkan bangsa lain dipandang sebagai bukti keunggulan ilah-ilah mereka atas ilah-ilah bangsa yang kalah. Akibatnya, ilah-ilah dari bangsa yang kalah akan dianggap tidak berdaya dan digantikan oleh ilah-ilah dari bangsa pemenang. Fenomena ini menandakan dominasi ilah-ilah dari bangsa pemenang di wilayah tersebut. Dalam konteks ini, peperangan antar bangsa bukan hanya menjadi persaingan kekuatan militer, tetapi juga menjadi pertarungan antara dewa-dewa mereka.
Kitab Yesaya adalah salah satu kitab yang paling penting dalam Alkitab. Pesan Yesaya tentang dosa, pertobatan, dan pengharapan masih relevan untuk kita di masa kini.